ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER

ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER
ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER; Find out how this Self Help tool works out.

Kamis, 15 November 2012

Sayap yang Terbelah



Celia menggerutu karena punggung tengah kanan atasnya sakit lagi, rasanya pegal dan ngilu. Teringat ia akan satu teknik self healing yang bisa membantu. Ok, aku musti jadikan itu obyek pengamatan, kuamati saja dan biarkan sakitnya lewat dan hilang.

Ia pun segera duduk ambil posisi meditasi dan mulai observe sakit di punggungnya. Eh… tiba-tiba saja malah merasakan dirinya terbang…. Dan mendarat dari puncak gunung berawan dalam rupa seorang wanita cantik. Kostumnya seperti kostum dewi di film Sun Go Kong. Jiahhhh kok malah kemari sih, ya udah deh, ikutin saja. Tak lama kemudian dia melihat wanita tersebut terbang, rupanya wanita tersebut adalah satu dari bidadari yang mengabdi melayani di istana sang Maha Dewa.

Tak lama kemudian dia diringkus oleh sekelompok prajurit dan dibawa terbang ke hadapan pengadilan langit. Apa yang terjadi? Rupanya Bidadari tesebut telah mencuri kendi ajaib istana. Bukan sembarang kendi, siapapun yang minum dari kendi tersebut dapat menghilang dan tidak kelihatan (jadi invisible maksudnya). Si Bidadari rupanya keras kepala juga, dia tetap bersikekeh tidak mencuri, orang hanya pinjam, habis dipake dibalikin lagi. Itu kan pinjem namanya hehehe

Buat apa ya ia mencuri kendi ajaib itu, emang mau menghilang kemana? Rupanya Bidadari ini merasa perlu sering menyelinap masuk ke satu lembah tempat para prajurit istana berlatih. Dan dari sana dia diam-diam memandangi pujaan hatinya, seorang dewa pemimpin prajurit langit penunggang garuda. Dia benar-benar jatuh cinta dengan dewa itu. Masalahnya semua bidadari yang menjadi dayang istana harus hidup selibat, menjaga kesuciannya dan tidak boleh menikah.

Apakah dewa itu juga suka dengannya? Bidadari itupun bercerita, memandangku secara langsung saja pun dia tidak berani namun kutahu dia suka mencuri pandang padaku ketika pesta taman di istana. Suatu hari aku kelamaan berada di lembah, khasiat minuman dari kendi ajaib pun hilang dan aku menunjukan rupaku. Sang ksatria menghampiriku, hai dewi, tidak seharusnya engkau berada di sini, apa yang kamu lakukan di sini, dan dia pun menghantarku terbang kembali.

Kami berjanji bertemu di tepi samudra langit. Memadu kasih dan memandang hamparan awan dalam terang malam. Melewati malam berdua dengannya yang tak mungkin terlupakan. Seekor burung istana rupanya melihat dan mengawasi. Ia terbang pulang dan mengadu pada sang Putri, yang melaporkannya pada baginda. Beliau sangat murka. Akupun diseret ke pengadilan langit dan dihukum. Aku diikat di atas air terjun dengan tali tidak kelihatan yang tergantung dari langit. Rasanya sakit sekali, namun tak sesakit hatiku melihat pandangan mata tak berdaya dari kekasihku yang memandangku dari bawah. Siapapun yang menolongku, upahnya adalah maut.

Namun suatu hari ia tidak tahan lagi melihat penderitaanku. Dia pun terbang menyelamatkan dan melarikanku dengan garudanya. Baginda segera mengirim laskar langit mengejar. Kami bersembunyi di lembah bumi yang sulit dijangkau. Di sana kami hidup bahagia walaupun hati tidak bisa tenang. Laskar langit tidak berhenti mencari, sewaktu-waktu mereka bisa muncul dan menangkap kami kembali. Sang dewa telah mengambilku sebagai istrinya, dan tak lama kemudian aku mengandung anaknya. Hari yang menakutkan pun tiba, kami disergap dari segala penjuru oleh para prajurit langit. Beberapa dari mereka menangkap suamiku dan dibawa pergi ke kahyangan untuk diadili. Aku memohon-memohon agar dia tidak pergi, namun mereka sudah menghilang begitu saja. Kepala prajurit yang memimpin penangkapan itu adalah teman suamiku. Ia melihatku sedang mengandung dan jatuh kasihan padaku. Dia tahu tidak ada ampun bagiku jika kembali ke sana dan aku pasti dipisahkan dari anakku.  Akhirnya dia menarik pedangnya dan memotong sayap kananku yang tidak kelihatan. Sayap bidadari yang walaupun tidak kelihatan, sayap inilah yang membuat kami bisa terbang dan melintas langit dan bumi. Dengan terbelahnya sayap kananku, aku tidak akan pernah bisa terbang lagi dan kembali ke kahyangan. Dan aku harus hidup di bumi bersama anakku. Sakit di pangkal sayap kananku begitu sakit, ngilu dan menusuk.

Wow, Celia begitu terperangah, seru sekali perjalanannya. Namun pasti ada alasannya mengapa dia melihat semua ini, apa yang sedang disampaikan unconsciousnya? Iapun memaafkan semua yang sudah terjadi, memaafkan semua orang yang ada, para prajurit, baginda, dan memaafkan dirinya sendiri. Ia merenungkan semua kesalahannya walaupun si bidadari kekeh dia tidak menyesal sedikitpun atas apa yang terjadi, itu adalah pilihannya. Celia berpikir, apa persamaan antara cerita unconsciousnya tersebut dengan permasalahan yang sedang di hadapi? Hanya ia yang tahu benang merahnya. Namun yang jelas, sakit punggungnya mereda, entah karena dia sudah memaafkan dan menerima ataukah karena praktek meditasinya? Entahlah… hanya ia yang tau, dan ia merasa tidak perlu menganalisanya. Buat apa? Tokh sakit punggungnya sembuh. 

15 Nov 2012
by Fiona Wang